Maha Adil Allah yang yang membalas segala kejlekan dengan kejelekan dan Sungguh hanya Dia yang Sangat Kuasa untuk mengampuni dan menghakimi. Dia mencipatakan berbagai makhluk dengan segala kejadian dan ketetapannya di muka bumi untuk kita ambil pelajaran terutama dengan apa yang Allah terangkan dalam firmanNya. Oleh karena itu kita berusaha mengambil pelajaran dari apa yang telah di suratkan oleh Allah.
Kisah Istri fir`aun
“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”
Wa dhoroba llohu llohu matsalan lilladziina `aamanuu mro`ata fir’auna {dan mengetuk (menjadikan) oleh Allah perumpamaan bagi orang-orang yang berusaha iman, (yaitu) istrinya fir`aun}: Wanita wajib mencontoh istrinya fir`aun yaitu siti Asiyah. Asiyah binti Muzahim merupakan salah satu dari empat perempuan mulia. Rosulloh bersabda, “Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah (istri Firaun).” (HR. Hakim dan Muslim).
Wanita wajib menghamba pada Allah tanpa tergantung pada suami dan Istri wajib taat kecuali untuk maksiat pada Allah. Hadist Nabi, “Perhatikanlah posisimu terhadapnya. Sesungguhnya yang menentukan surga dan nerakamu terdapat pada (sikapmu terhadap) suamimu” (HR. Ahmad), tidaklah bertentangan dengan ayat ini melainkan melengkapi, sehingga mengandung arti bahwa istri tetap wajib berbuat atau bersikap baik kepada suami meskipun suami seorang yang brengsek seperti Fir`aun.
Idz qoola robbibni lii ‘indaka baytan filjannati wa najjinii min fir’auna wa ‘amalihi {dan ketika ia berkata “Tuhanku, bangunkanlah untukku dari sisimu (sebuah) rumah di syurga}: Wanita wajib berdoa untuk akhirat, misalnya minta rumah dari Allah di syurga saja, tidak minta rumah duniawi, atau tidak masalah dengan rumah duniawi.
Diqiyaskan dengan meminta rumah adalah meminta apapun di akhirat saja yang selamanya, sebagaimana tawaran Allah “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada batasan suatu bahagia pun di akhirat.” (QS. Asy-Syura: 20).
Wanajjinii mina lqowmi zhzhoolimiin {dan selamatkanlah aku dari kaum yang zholim}: Wanita wajib berdoa pada Allah mohon diselamatkan dari bahaya ukhrowi yaitu dari amal suaminya. Dan wajib memohon agar diselamatkan ukhrowi dari kaum yang zholim.
Diqiyaskan dengan itu, wajib memohon agar tidak dijadikan golongan orang yang zholim, tetapi merasa menjadi orang yang zholim, dengan berdoa seperti doanya Nabi Yunus, “Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Anbiya: 87), doanya Nabi Adam, Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al-A’raf:23), dan doanya Nabi Musa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.” Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS. Al-Qashash: 16)
Kisah Istri Luth (Tafsir Qs. AL A`rof: 83)
“Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
Faanjaynaahu wa ahlahuu illaamro’atahuu {maka kami selamatkan dia dan keluarganya kecuali istrinya}: Haram mencontoh istri Nabi Luth yang mendukug untuk melanggar perintah Allah, tergoda oleh bujukan syetan, tidak mensyukuri pemberian suami, tertarik dengan isinya dunia, dan menghianati Allah dan RosulNya. Contoh lain: mendukung anaknya pacaran, mabuk, judi, dan sebagainya. Meskipun istri Nabi juga harus berhati-hati karena belum tentu masuk syurga, diqiyaskan dengan istri Nabi yaitu istrinya Ulama`, Kyai, Ustadz dan sebagainya.
Harom membanggakan suami yang sholeh tanpa amal soleh dan Istri wajib hati hati meskipun suminya seorang Nabi atau Ulama. Sebagaimana Allah peringatkan dengan sindiran melalui ayatnya “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing).” (QS. At Tahrim 10).
Wanita harom mencontoh istri Nabi atau ulama jika jelas jelas tidak taat. Oleh karena itu, wajib belajar al Qur`an agar faham, mana yang sesuai dengan Allah dan Rosululloh dan wajib berguru pada Ulama agar tidak salah faham.
Kaanat minal ghoobiriin {dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal}: wajib berusaha untuk tidak menjadi orang yang tertinggal (masuk neraka, sesat) karena mendukung berbuat maksiat meninggalkan aturan Allah. Wajib berusaha dengan cara berdoa agar tidak termasuk menjadi golongan istri Nabi Luth dan selalu minta bimbinganNya.
Kisah Istri Abu Lahab (Tafsr Qs. Al Lahab: 4)
Wamro`atuhuu chamma latal chathob {dan istrinya (Abu Lahab) pembawa kayu bakar}: Sebagian ulama berpendapat bahwa pembawa kayu bakar yaitu suka menyebarkan fitnah atau memburukkan Nabi dan kaum muslimin atau suka mengobarkan api permusuhan. Harom mencontoh istrinya Abu Lahab yang suka menggunjing Nabi dan orang muslim, suka memfitnah, mengadu domba atau menghasud.
Rosululloh bersabda, “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab: “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahuinya.” Nabi berkata: “Engkau membicarakan saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Ada yang bertanya: “Bagaimana pendapat anda jika padanya ada apa saya bicarakan?” Beliau menjawab: “Jika ada padanya apa yang engkau bicarakan maka engkau telah mengghibahnya, dan jika tidak ada padanya apa yang engkau bicarakan maka engkau berbuat buhtan terhadapnya.” (HR Muslim) dan “Ketika aku dimi’rajkan, aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku dari tembaga dimana mereka mencakar – cakar muka dan dada mereka. Lalu, aku bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?’ Jibril menjawab, “Mereka adalah orang – orang yang suka memakan daging sesama manusia dan mengganggu kehormatan sesama manusia (maksudnya: suka menggunjing).” (HR. Imam Abu Dawud). Abu Lahab dan istrinya yang selalu menghalang-halangi dakwah Nabi dengan cara apapun, wajib menghindari sifat abu lahab dan istrinya yaitu sebagai pembawa kayu bakar, si penyulut api, profokasi, memfitnah dan sebagainya kepada ulama atau kyai yang menyampaikan dakwah atau kebenar tentang Allah dan hukum-hukumNya. Dikiyaskan dengan itu yaitu haram menggunjing, menghina, membuka aib dan sebagainya apa lagi menggunjing dan memfitnah keluarga Nabi Ulama, Ustadz dan sebagainya