Dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) telah memperkenalkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya untuk memberikan lebih banyak fleksibilitas bagi sekolah dalam menyusun pembelajaran. Kurikulum ini dirancang untuk menyesuaikan dengan kebutuhan perkembangan zaman serta mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Namun, bagi sekolah berbasis Islam seperti Daarul Ishlah Nusantara, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengimplementasikan Kurikulum Merdeka tanpa mengorbankan nilai-nilai keislaman yang menjadi dasar pendidikan mereka.

Artikel ini akan membahas berbagai strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah Islam untuk mengintegrasikan Kurikulum Merdeka dengan nilai-nilai keislaman, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan abad 21 namun tetap mempertahankan karakter Islami.


Prinsip Dasar Kurikulum Merdeka dan Tantangan di Sekolah Islam

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengatur pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan karakteristik lokal. Kurikulum ini menekankan:

  1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi.
  2. Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup enam dimensi: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif.
  3. Asesmen yang Lebih Fleksibel, berfokus pada pengembangan kemampuan siswa secara holistik.

Namun, sekolah Islam menghadapi tantangan untuk menjaga keseimbangan antara pendekatan pembelajaran modern ini dengan nilai-nilai Islami seperti akhlak mulia, ketakwaan, serta adab yang baik.


Strategi Integrasi Nilai-Nilai Keislaman dalam Kurikulum Merdeka

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh sekolah Islam untuk mengintegrasikan Kurikulum Merdeka dengan nilai-nilai keislaman:

1. Pembelajaran Berbasis Proyek yang Bernafaskan Islam

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) dapat diadaptasi dengan memasukkan unsur-unsur nilai Islam. Misalnya:

  • Proyek Kepedulian Sosial: Siswa dapat dilibatkan dalam proyek sosial yang mengajarkan nilai-nilai Islam, seperti kegiatan amal, pemberdayaan masyarakat, dan bakti sosial. Hal ini tidak hanya membangun keterampilan kerja tim dan empati tetapi juga menanamkan nilai ihsan (berbuat baik) dan ukhuwah (persaudaraan).
  • Proyek Kewirausahaan Islami: Siswa diajak untuk merancang bisnis berbasis syariah yang menekankan pada kejujuran, keadilan, dan keberkahan. Ini bisa menjadi cara untuk menggabungkan keterampilan kewirausahaan dengan ajaran Islam.

2. Integrasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran Tematik

  • Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran tematik dapat disesuaikan dengan tema-tema yang mendukung penguatan karakter Islami. Misalnya, ketika membahas tema “Lingkungan Hidup,” guru dapat mengaitkannya dengan konsep khalifah fil ardh (pemimpin di bumi) yang menekankan tanggung jawab manusia untuk menjaga alam.
  • Materi pelajaran seperti sains atau IPS dapat dikaitkan dengan kisah-kisah inspiratif dari Al-Qur’an atau sejarah Islam yang relevan, sehingga siswa tidak hanya belajar ilmu pengetahuan tetapi juga nilai spiritual.

3. Penguatan Pendidikan Karakter Islami melalui Profil Pelajar Pancasila

  • Salah satu dimensi Profil Pelajar Pancasila adalah “beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.” Sekolah Islam dapat memperkuat aspek ini dengan kegiatan seperti muhasabah (refleksi diri), qiyamul lail (shalat malam), serta kajian keislaman yang rutin.
  • Pengembangan karakter Islami ini dapat menjadi fokus utama dalam Kurikulum Operasional Sekolah (KOS), memastikan bahwa pendidikan akhlak tidak hanya menjadi mata pelajaran khusus tetapi juga bagian dari budaya sekolah sehari-hari.

4. Penerapan Asesmen Berbasis Akhlak dan Keterampilan Spiritual

  • Selain menilai kompetensi akademis, sekolah Islam dapat menambahkan asesmen berbasis karakter, yang mengukur sejauh mana siswa menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk penilaian pada aspek kejujuran, disiplin, adab dalam berinteraksi, dan tanggung jawab sosial.
  • Asesmen ini dapat dilakukan melalui observasi, jurnal refleksi, dan portofolio proyek yang melibatkan sikap dan perilaku Islami.

5. Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Islam Interaktif

  • Sekolah Islam dapat menggunakan platform digital yang menggabungkan materi Islami dengan pembelajaran modern. Contohnya, pembelajaran interaktif tentang sejarah peradaban Islam melalui video animasi, kuis interaktif tentang hadis, atau aplikasi yang membantu siswa menghafal Al-Qur’an.
  • Dengan memanfaatkan teknologi, pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa, sekaligus memastikan mereka tetap terhubung dengan nilai-nilai agama.

Kesimpulan

Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah berbasis Islam tidak harus mengorbankan nilai-nilai keislaman yang telah menjadi landasan pendidikan selama ini. Dengan strategi yang tepat, sekolah Islam seperti Daarul Ishlah Nusantara dapat menggabungkan pendekatan pembelajaran modern dengan ajaran Islam, sehingga menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki akhlak mulia dan beriman kuat.

Kombinasi antara keterampilan abad 21 dan nilai-nilai Islami ini diharapkan dapat membentuk generasi yang tidak hanya siap menghadapi tantangan global tetapi juga menjadi teladan dalam kehidupan sosial dan spiritual.

Implementasi ini membutuhkan peran aktif dari para guru, orang tua, dan seluruh komunitas sekolah untuk memastikan bahwa pendidikan yang diberikan tidak hanya menghasilkan lulusan yang kompeten tetapi juga berkarakter Islami yang kuat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *