Aku benci hari Senin. Ungkapan itu lazim terdengar terutama di kalangan pekerja kantoran. Apa penyebabnya? Setelah asyik menikmati libur akhir pekan, mereka sudah kembali dihadapkan pada rutinitas kerja yang melelahkan dan menguras pikiran.
Dalam pandangan Islam, Senin merupakan hari istimewa. Hari itu merupakan hari di mana dunia pada 14 abad silam menyambut dengan penuh suka cita atas lahirnya khatamul anbiya, Nabi Muhammad SAW.
Karena itu, Rasulullah tak pernah meninggalkan amalan puasa sunah Senin untuk menyampaikan rasa syukurnya. Hari Senin juga merupakan hari di mana pintu-pintu surga dibuka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
“Pintu-pintu Surga di buka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apa pun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim).
Karena itu dianjurkan untuk berpuasa sunah pada Senin. Selain itu memperbanyak doa. Berikut doa hari Senin:
“Allâhumma aulinî fî kulli yaumitsnain ni‘mataini tsintain, sa‘âdatan fî awwalihi bithâ‘atik, wa ni‘matan fî ãkhirihi bimaghfiratik, yâ man huwal ilâhu walâ yaghfirudz dzunûba siwâh.
“Ya Allah berikanlah padaku pada setiap hari Senin dua kenikmatan, yaitu keberuntungan pada awalnya dengan ketaatan kepada-Mu dan kenikmatan di akhirnya dengan ampunan-Mu, wahai yang Dia adalah Tuhan, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Dia”.
Dalam Shahifah al-Fathimiyyah, terdapat kumpulan doa sehari-hari yang dipanjatkan oleh Sayidah Fatimah Az-Zahra.
Pada hari Senin, disebutkan bahwa putri bungsu kesayangan Nabi Muhammad Saw tersebut selalu memanjatkan doa berikut ini:
“Allahumma inni as’aluka quwwatan fii ‘ibaadatika, wa tabash-shuran fi kitaabika, wa fahman fii hukmika, allahumma shalli ‘ala muhammadin wa ‘aali muhammadin, wa laa taj’alil qur’ana binaa mahilan, wash-shiraatha zaa’ilan, wa muhammadan shalla allahu ‘alaihi ‘anna muwalliyan”.
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kekuatan dalam beribadah kepada-Mu. Ya Allah, sampaikan selawat kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya dan jangan Engkau biarkan kami tergelincir di-shirat (jembatan) dan jangan Engkau buat Nabi Muhammad Saw berpaling dari kami”.
Wallahu A’lam Bissawab.