Hari Raya Idul Adhan atau Idul Qurban yang juga dikenal sebagai Lebaran Haji merupakan salah satu hari besar yang diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia. Hari Raya Idul Adha diperingati setiap 10 Dzulhijjah atau tepat 70 hari setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri.Perayaan Hari Raya Idul Adha disebut juga dengan “Idul Nahr” yang artinya hari penyembelihan. Ini adalah hari di mana kala itu Nabi Ibrahim AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Nah, kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail inilah yang kemudian menjadi sejarah di balik penyembelihan hewan qurban pada Hari Raya Idul Adha. Berikut kisah selengkapnya.

Sejarah Idul Adha

Idul Adha atau Lebaran Haji yang juga dinamakan Idul Qurban merupakan waktu di mana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji melakukan ibadah yang utama, yakni wukuf di Arafah. Pada hari ini, Allah SWT juga memberi kesempatan kepada umat muslim lainnya yang belum mampu melaksanakan haji untuk berqurban. Ini dilakukan sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan umat Islam kepada-Nya. Penyembelihan hewan qurban pada Hari Raya Idul Adha memiliki sejarahnya sendiri. Kisah ini berkaitan dengan Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail.

Hari Raya Idul Adha menjadi simbol untuk memperingati ujian terberat Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail. Dikutip dari kitab “Misykatul Anwar”, diketahui Nabi Ibrahim AS kala itu ialah seorang yang kaya raya dengan kekayaan ternak melimpah. Nabi Ibrahim memiliki 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Ia pun disebut sebagai golongan milyuner pada zamannya itu.

Suatu hari, seseorang bertanya kepada Nabi Ibrahim, “milik siapa ternak sebanyak ini?” kemudian Nabi menjawab, “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

Dikutip dari Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim, pernyataan tersebutlah yang kemudian dikehendaki Allah SWT sebagai bahan ujian untuk menguji keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS. Melalui mimpinya yang haq, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya Ismail yang kala itu masih berusia 7 tahun.

Ismail adalah seorang putra yang begitu lama dinantikan oleh Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar. Ia adalah anak yang rupawan, cerdas, sehat, dan soleh. Perintah penyembelihan putranya tersebut menjadi ujian yang teramat besar bagi Nabi Ibrahim AS.

Peristiwa ini turut disebutkan dalam firman Allah SWT surat As – Saaffat ayat 102 yang berbunyi:

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya: Ibrahim berkata, “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: “Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102).

Dengan penuh ketakwaan dan iman pada Allah SWT, akhirnya Nabi Ibrahim dan Ismail putranya pun ikhlas menerima perintah Allah SWT tersebut. Ketika sedang mempersiapkan penyembelihan, datanglah setan seraya menggoda Nabi Ibrahim dengan berkata:

Ibrahim, kamu orang tua macam apa? Apa kata orang nanti, anak saja disembelih?”

“Apa kata orang nanti?”

“Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!”

“Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!”

“Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!”

“Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu nanti ada lagi seperti dia.”

Kemudian dengan tekad yang bulat Nabi Ibrahim AS mengambil batu seraya mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar”, lalu batu itu dilemparnya untuk mengusir setan. Kegiatan ini kemudian masuk sebagai satu rangkaian ibadah haji, yakni melempar jumrah.

Kembali pada waktu ketika Ismail hendak disembelih ayahnya, Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pun telah pasrah dan tawakal pada perintah Allah SWT tersebut. Sesaat setelah pisau nyaris digerakan, tiba-tiba Allah menyeru dengan firmannya untuk menghentikan hal itu.

Allah SWT telah ridha pada keimanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sebagai imbalan keikhlasan dan iman keduanya, Allah mencukupkan perintahnya dengan menyembelih seekor hewan ternak sebagai pengganti Nabi Ismail.

Hal ini sebagaimana diterangkan dalam surat As-Saffat ayat 104 – 107, kepada Ibrahim, Allah tiba-tiba berkata:

وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ – ١٠٤

“Wahai Ibrahim!

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ – ١٠٥

sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ – ١٠٦

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ – ١٠٧

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.-QS As-Safaat: 104-107

Itulah kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang menjadi dasar penyembelihan hewan qurban pada Idul Adha. Kisah keduanya menjadi teladan yang baik untuk semua umat Islam di dunia.Adapun jenis hewan qurban yang biasa disembelih pada Idul Adha adalah berupa hewan ternak berkaki empat. Di Indonesia sendiri, ternak yang biasanya dijadikan hewan qurban seperti sapi, kambing, dan kerbau. Sedangkan di wilayah Timur-Tengah, hewan ternak lainnya untuk qurban yakni seperti unta, domba, atau biri-biri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *