Jakarta, Ketegangan di Jalur Gaza, Yerusalem semakin memanas. Aksi saling serang antara israel dan milisi di Jalur Gaza, Palestina, telah menewaskan 217 warga sipil, 63 di antaranya anak-anak.

Gadis Palestina, Nadeen Abed al Lateef telah menyaksikan begitu kekerasan di usianya yang masih 10 tahun.

Ketika Israel dan Hamas terus baku tembak, Nadeen menyuarakan pesan pilu untuk Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel. Dia memohon agar negara adidaya itu berhenti memberikan dukungan bagi Israel.

“Kami sekarat,” kata Nadeen.

“Rakyat Amerika, berhenti memberi, berhenti memberikan senjata kepada penjajah,” katanya kepada NBC News di tengah puing-puing di Jalur Gaza yang kecil dan miskin. “Itulah cara Anda dapat membantu kami”.

Dia mengutarakan hal itu pada hari Minggu kemarin, hari paling mematikan dalam konflik Israel dan Hamas, penguasa Jalur Gaza.

Lebih dari 3.300 roket telah ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel sejak pecahnya pertempuran, menurut otoritas Israel.

Jumlah korban terus bertambah karena Israel juga terus menggelar serangan udara ke Jalur Gaza sepanjang Selasa kemarin. Serangan itu menyebabkan lebih dari 1.400 penduduk Jalur Gaza terluka.

Nadeen mengaku ingin menangis setiap kali dia melihat ada yang meninggal atau melihat banyak orang ketakutan. Dia berjuang untuk tidur di malam hari.

“Anak-anak Palestina sekarat di Gaza,” kata Nadeen. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami sekarat.”

Lebih dari 40 warga Palestina tewas dalam serangan udara hari Minggu. Dan blokade darat, udara dan laut yang ketat yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir memastikan bahwa Nadeen dan warga lain seperti dia tidak dapat melarikan diri.

“Saya ingin mengeluarkan amarah karena mereka membunuh orang-orang,” katanya. Kami tidak pantas menerima ini.”

Dalam beberapa hari terakhir, tekanan meningkat untuk Amerika Serikat, sekutu paling penting dan kuat Israel yang memberikan bantuan militer senilai $3,8 miliar setiap tahun.

Negeri Paman Sam itu didesak berbuat lebih banyak guna menghentikan pertumpahan darah sipil dan kekerasan yang terjadi selama sepekan terakhir.

Presiden Joe Biden telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin sore. Akan tetapi dia tidak membuat seruan langsung untuk segera diakhirinya kekerasan.

Dia hanya mengimbau Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza, Palestina, segera melakukan gencatan senjata.

Pernyataan itu menunjukkan kekhawatiran AS terkait serangan udara Israel ke Jalur Gaza. Kendati demikian, Amerika tetap berkeras mendukung Israel.

Konflik mematikan antara Israel dan Hamas pun belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Utusan Departemen Luar Negeri Hady Amr telah dikirim ke wilayah itu untuk pembicaraan de-eskalasi.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pada hari Senin bahwa AS telah bekerja “secara intensif” di belakang layar untuk mengakhiri kekerasan.

Dia menegaskan kembali dukungan AS terhadap Israel untuk mempertahankan diri, tetapi mengatakan bahwa sebagai negara demokrasi, ia memiliki “beban ekstra” untuk melakukan segala kemungkinan menghindari korban sipil.

“Tidak ada persamaan antara kelompok teroris yang menembakkan roket ke warga sipil tanpa pandang bulu dan negara yang melindungi rakyatnya dari serangan itu,” katanya, saat mengunjungi Denmark.

“Jadi kami meminta Hamas dan kelompok lain di Gaza untuk segera menghentikan serangan roket.”

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz pada hari Senin berterima kasih kepada AS karena memblokir pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Sementara itu, militer Israel terus menggempur Gaza karena Hamas juga terus menekan, meluncurkan roket ke kota-kota Israel selatan pada dini hari.

Namun, kata-kata Nadeen menyiratkan trauma anak-anak yang terperangkap dalam pemboman tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *