sungguh Allah Maha Kuasa. Penguasa di atas semua penguasa. Oleh karena itu wajib kita mengikuti petunjuk darinya untuk kebaikan kita baik di dunia maupun di akkhirat, utamanya dalam memilih pemimpin sebab hal ini sangat mempengaruhi kehidupan kita, masalah ekonomi, politik, kesejahteraan dan keamanan dan ketengan dalam ibadah. berikut Allah pesankan mengenai bagaimana cara memilah atau membedakan pemimpin yang baik dan yang buruk.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Ya ayyuha lladziina `amanuu {wahai orang-orang yang berusaha iman}: wajib hukumnya merespon panggilan Allah, sebab jika tidak merespon panggilan Allah ini, maka kita tidak termasuk sebagai orang-orang yang berusaha iman. Wajib berusaha iman dengan Allah dengan mentafakkuri, menjalankan perintahNya dan menjauhi larangaNya.
Diqiyaskan dengan wajib memenuhi panggilan Allah juga wajib memenuhi panggilan orang muslim sebagaimana hadist Nabi, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam, yaitu (1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim)
Lafadza da’aa pada kalimat “waidzaa da’aaka fa`ajibhu” yang berarti mengundang dapat diqiyaskan dengan memanggil, menyeru dan meminta sebagaumana arti lafadza “da’aa – yad’uu” yang artinya menyeru, memanggil mengundang, berdoa.
Haram hukumnya mengabaikan panggilan manusia apalagi Allah, Nabi dan Ulama, maka ketika dipanggil atau ditimbali waib segera memuhi dalam keadaan apapun, sebab melayani Nabi dan Ulama termasuk jihad di jalan Allah membantu agamanya Allah sebab hidupnya Nabi dan Ulama jelas untuk Allah dan agamanya Allah.
Laa tattakhidzuu `aabaa`ukum wa ikhwaanakum awliyaa`a inistachabbulkufro ‘alal`iimaan {janganlah mengambil oleh kalian, (pada) bapak-bapak kalian, dan saudara-saudara kalian sebagai pemimpin jika mereka (lebih) mencintai kekafiran atas keimanan}: iman itu musuhnya adalah isinya dunia, isinya dunia termasuk adalah keluarga. Walaupun bapak kita mencalonkan pemimpin kalau lebih cenderung kepada kekafiran dari pada iman jangan dipilih, walaupun kakak kita kalau dia lebih cinta kekafiran daripada keimanan jangan dijadikan pemimpin.
Haram memilih bapak atau saudara sebagai pemimpin jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada keimanan. Kekafiran yaiu cinta dunia. Maka diqiyaskan dengan mencintai kekafiran yaitu lebih mencintai duniawi daripada jihad di jalan Allah. Contoh lain: lebih cinta makan enak daripada bersyukur atas karuniamakan itu, lebih cinta rumah indah daripada menggunakan rumah iu untuk jihad fi sabilillaah.
Wajib memilih pemimpin atas dasar keimanannya bukan karna dia bapak kita atau saudara kita, sebab jika pemimpinnya kafir maka bisa menjadikan pengikutnya juga kafir.
Jika ingin memilih pemimpin, maka syaratnya antara lain: (1). Taat pada Allah dan RosulNya, (2). Mengerti hukum syariat dengan baik, (3). Berakhlak mulia, (4). Berlaku adil, (5). Berpengetahuan luas, (7). Teguh pendirian dalam menjalankan roda pemerintahan.
diqiyaskan dengan memilih pemimpin adalah memilih teman, mengenai teman belajar hendaklah memilih orang yang tekun, wiro’i, berwatak jujur dan mudah memahami masalah, dan tidak mengajak pada perbuatan dosa.
Haram memilih pemimpin (1). Pecinta dunia, Cirinya pemimpin pecinta dunia yaitu pemimpin yang meminta jabatan. Maka haram menjadikannya pemimpin sebagaimaa diceritakan Dari Abu Musa berkata: Saya dan dua orang anak pamanku menemui Nabi saw, salah seorang dari keduanya lalu berkata: Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah yang telah diberikan Allah Azza Wa Jalla kepadamu. Dan seorang lagi mengucapkan perkataan serupa, maka Beliau bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan bagi orang yang meminta dan yang rakus terhadapnya”. (HR. Shochih Muslim). (2). Orang yang lemah, diceritakan Dari Abu Dzar berkata, saya berkata: Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)? Abu Dzar berkata: Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar” (HR. Shocih Muslim). (3). Orang yang memusuhi orang muslim, Dari Ibn Umar ra bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membawa pedang untuk menyerang kami, maka dia bukan dari golongan kami: (HR Shochih Bukhori).
Diqiyaskan dengan memilih pemimpin adalah memilih teman, mengenai teman belajar hendaklah teman yang tekun, wirai, berwatak jujur, mudah memahami masalah, dan tidak mengajak pada perbuatan dosa.
Waman yatawallahum minkum fa`ulaa`ika humu dzuolimuun {dan siapa yang mengambil (pada) mereka dari kalian maka mereka itu (sungguh) mereka itu orang-orng zholim}: Siapa yang menjadikan mereka pemimpin maka mereka itu orang yang zholim. Zholim terhadap dirinya sendiri, sesama muslim dan agamanya.