Ya Syakuur. Ya Syakuur. Sungguh Allah adalah Dzat yang Maha Membalas budi. Dia Dzat yang Adil dalam membalas amal-amal hambaNya. Dia juuga Dzat yang pengampun bagi hamba-hambaNya yang mau bertaubat, hijrah dan berjuang di jalanNya. beriku penjelasan mengenai IMAN, HIJRAH, dan JIHAD serta hubungan ketiganya.
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.
Al-ladziina aamanuu wa haajaruu wajaahaduu fii sabiilillahi biamwalihim wa anfusihim {orang-orang yang mereka beriman dan mereka berhijrah dan mereka bersungguh-sungguh berusah payah dijalan Allah dengan harta mereka dan jiwa} : wajib berusaha menjadi orang yang beriman (membuktikan keimanan), dengan selalu berhijrah dari kejahatan atau kemaksiatan kepada kebaikan serta berjihad di jalan Allah selama hidup di dunia.
Alladziina aamanuu {Orang-orang yang mereka berusaha iman}: wajib iman pada Allah dan akhirat, sebab amal seseorang yang tidak di dasari dengan iman pada Allah, maka akan sia-sialah amalnya. Misalnya: hijrah agar menjadi orang kaya, jihad agar dipuji dan sebagainya, maka tidak akan mendapatkan bagian apa apa di akhirat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam ayat bahwa syarat yang pertama yaitu orang yang beriman. Dan juga sebagaimana disebutkan dalam hadist dari sahabat Umar bin Khoththob ra berkata, ‘aku mendengar Rosululloh bersabda, “sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barang siapa hijrahnya kpada Allah dan RosulNyamaka hijrahnya kepada Allah dan RosulNya, dan barangsiapa hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya sesuai kemana dia hijrah’”. (HR. Bukhori dan Muslim).
Wahaajaruu {dan mereka hijrah}: secara bahasa haajaro yaitu orang yang berpindah, meninggalkan, menjauhkan diri. Sedangkan menurut istilah, hijrah yaitu meninggalkan kampung halamannya, harta kekayaan dan karya usahanya, berpisah dengan keluarga. Adapun hijrah dibagi menjadi 2 yaitu hijrah makaniyah dan hijrah maknawiyah. Hijrah makaniayah yaitu hijrah meninggalkan suatu tempat ketempat yang lain. Sedangkan hijrah maknawiyah yaitu hijrah meninggalkan suatu yang tidak disukai Allah dan RosulNya, sebagaimana disebutkan dalam hadist, “seorang Muslim adalah seorang yang menghindari menyakiti muslim lainnya dengan lidah dan tangannya. Sedangkan orang yang meninggalkan semua apa yang dilarang oleh Allah” (HR. Bukhori). Dalam kitabul iman hijrah dibagi menjadi 4 yaitu:
Hijrah I’tiqadiyah (hijrah keyakinan yang salah), hijrah fikriyah (hijrah dari pemikiran yang jelek), hijrah syu’uriyah (hijrah dari kesenangan duniawi), hijrah sulukiyah (hijrah dari akhlak/tingkah laku yang jelek). Termasuk hijrah yaitu mondok atau berguru pada Ulama.
Wajaahaduu fii Sabilillaah {dan mereka jihad di jalan Allah}: Setelah hijrah kemudian adalah jihad. Jihad adalah susah payah atau sungguh-sungguh. Sabilillah adalah demi iman, ibadah & akhlak. jadi jihad fi sabilillaah yaitu bersusuah payah dalam urusan iman, ibadah, dan akhlak. Urusan iman yaitu syukur, sabar dan tawakal. Urusan ibadah yaitu menghamba pada Allah, dan urusan akhlak yaitu berbuat baik, akhlak pada Allah berarti berbuat baik pada Allah, akhlak pada orang tua berarti berbuat baik kepada orang tua, akhlak kepada tamu berarti berbuat baik kepada tamu, dan lain-lain.
Adapaun hadist tentang jihad atau berjuang di jalan Allah, sebagaimana diriwayatkan dari Ka`b bin Ujrah, ada seorang berpapasan dengan Nabi Saw, para sahabat kagum dengan kesungguhannya dalam bekerja. Lalu mereka bertanya, “Wahai Rosululloh, seandainya ia berada di jalan Allah” Rosululloh mengomentari, “jika ia kelua mencari rizki unutk (memenuhi kebutuhan) anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar mencari rizki untuk (memenuhi keutuhan) kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka ia terhitung di jalan Allah, jika ia keluar mencari rizki untuk (memenuhi kebutuhan) dirinya untuk menjaga diri(dari minta-minta), maka ia berada di jalan Allah. Namun, jika ia keluar mencari rizki untuk pamer dan kesombongan, maka ia berada di jalan syetan”. (HR. Al Jami`).
Dari Aisyah Ra, aku berkata “Wahai Rosululloh, apakah perempuan wajib berjihad?”, beliau menjawab. “ya, jihad tanpa peperangan di dalamnya, yaitu haji dan umroh” (HR. Ibnu Majah). Adapun pahala yang sama nilainya dengan haji dan umroh yaitu: Nabi bersabda, “siapa yang mengerjakan sholat subuh berjamaah, kemudian dia tetap duduk sambil dzikir sampai terbit mataharidan setelah itu mengerjakan sholat dua rokaat, maka akan diberi pahala haji dan umroh. Kemudian Rosulullooh SAW bersabda, “sempurna, sempurna, sempurna” (Hr. At Tirmidzi). Rosululloh bersabda, “siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan dan mengajarkannya, diberikan pahala seperti pahala ibadah haji yang sempurna hajinya” (HR. At Thabrani). Dari Anas bin Malik Ra berkata, Rosululloh bersabda “bertaqwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engakau berbuat baik padanya, maka amalmu yang demikian sama dengan berhaji, berumroh, dan berjihad” (HR. At Thabrani).
Dari Abu Hurairah Ra, Rosululloh bersabda, “barangsiapa mati dan belum pernah berjihad (di jalan Allah) dan tidak ada niatan sama sekali untuk berjihad (di jalan Allah) berarti ia mati dengan membawa cabang kemunafikan” (HR. Shohih Muslim)
Adapun amal yang nilainya sama dengan jihad yaitu sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadist berikut: Rosululloh bersabda, “orang yang membantu para janda dan orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah atau orang yang mengerjakan sholat malam dan berpuasa di siang hari” (HR. Bukhori dan Muslim). Dari Abu Hurairoh, ada seorang yang datang kepada Nabi Saw untuk meminta izin berjihad. Naipun bertanya, “apakah orang tuamu masih hidup?” orang itu menjawab “ya”. Nabi bersabda, “hendaknya kepada keduanya kamu berjihad (berbuat baik)” (HR. Bukhori dan Muslim). Dari Rafi’ binKadji Rosululloh SAW bersabda, “orang yang bekerja sebagai amil zakat dengan benar seperti orang yang berperang di jalan Allah hingga ia kembali ke rumahnya” (HR. Abu Dawud).
Dari Abu Hurairoh Ra, ia berkata, “ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi SAW, mereka berkata, ‘orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal, mereka sholat sebagaimana kami sholat. Mereka puasa sebagaimana kami puasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhajji, berumroh, berjihad serta bersedekah. Nabi SAW bersabda, “maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan itu kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorangpun yang lebih utama dari kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmih, dan bertakbir di setiap akhir sholat sebanyak tiga puluh kali” (HR. Bukhori)
Dari Abdulloh bin Mas`ud, Rosululloh bersabda, “Sesungguhnya sesudah kalian ada suatu Zaman, pada saat itu orang yang bersabar dalam berpegang teguh terhadap as Sunnah mendapatkan pahala lima puluh orang mati syahid” (HR. Al Jami`). Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, Rosululloh berkata, “barangsiapa menyiapkan bekal bagi orang yang berperang di jalan Allah, maka ia tercatat telah berperang.dan barangsiapa mengurus keluarga orang yang berperang (di jalan Allah) maka ia tercatattelah berperang”. (HR. Bukhori dan Muslim). Dari Abu Sa`idal Khudri, Rosululloh bersabda, sebaik-aik jihad adalah mengungkapkan kebenaran kepada penguasa yang zolim, atapun pemerintah yang zholim” (HR. Abu Dawud). Dari Sahl bin Hunaif, Rosululloh bersabda, “barangsiapa benar-benar meminta mati syahid, niscaya Allah mengantarkannya kepada derajat orang-orang yang mati syahid sekalipun ia mati di atas ranjangnya” (HR. Muslim).
Biamwaalihim wa anfusihim {dengan harta-harta mereka dan jiwa mereka}: Jihad wajib berkorban harta kemudian jiwa. Jihad bukan untuk memperoleh harta tapi berkorban dengan harta. Contoh: jihad membangun madrasah dengan harta, bukan untuk memperoleh harta, mengajar bukan untuk harta, menjadi pemimpin juga bukan untuk memperoleh harta. Diqiyaskan dengan harta yaitu isinya dunia, maka jihad berkorban isinya isinya dunia, harta, tahta, keluarga dan bukan orientasinya dunia tetapi untuk membuktikan keimanan pada Allah.
Hal ini juga disebutkan dalam QS. Al Hujurot: 15 “sungguh hanya orang-orang yang beriman pada Allah dan RosulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta mereka dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itu, (sungguh) mereka orang-orang yang benar”. Hadist dari Anas, Nabi bersabda, “berjihadlah melawan kaum musyrikin, dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu” (HR. Ahmad dan Nisa`i).
Wajib faham dan tahu ilmunya jihad. Jihad ada dua macam yaitu jihad dengan harta dan jihad dengan jiwa. Jihad dengan harta yaitu berjuang membela kepentingan agama dan umat islam dengan menggunakan materi atau kekayaan yang dimiliki. dengan menginfakkan harta di jalan Allah, semisal ke pondok pesantren, ke masjid, untuk pendidikan, untuk kesejahteraan umat dan lain lain. Termasuk membiayai majlis ilmu atau membiayai sekolah dan mondok adalah membiayai jihad di jalan Allah. Sebagaimana hafist Nabi, “Sesiapa yang memberangkatkan orang yang berperang di jalan Allah, berarti dia juga ikut berperang.” (HR Bukhari).
Jihad binnafsi yaitu berjung dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada pada diri berupa tenaga, pikiran, ilmu, keterampilan, bahkan nyawa sekalipun. Jihad berdasarkan yang dilawannya menurut imam al Ghozali di bagi menjadi 3 yaitu jihad zhahir, melawan orang yang tidak menyembah Allah SWT, jihad menghadapi orang yang menyebarkan ilmu dan hujjah yang bathil. Jihad dengan jiwa misalnya: mengajar, meneliti ilmu, menulis dan lain lain. Sedangkan jihad bathin yaitu berjihad melawan hawa nafsu yang senantiasa menyeret manusia ke arah kejahatan.
Nabi bersabda; “Barangsiapa diantaramu yang melihat kejelekan maka rubahlah dengan tangannya. Maka jika tidak sanggup maka rubahlah dengan perkataanya. Dan jika tidak sanggup rubahlah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman”. (HR Bukhari-Muslim). Oleh karena itu, kita wajib selalu jihad di jalan Allah dalam keadaan apapun dan di manapun, minimal dengan selalu mendoakan kebaikan untuk orangnlain dan berbut kebaikan untuk orang lain.
Wajib mendidik anak untuk iman pada Allah dan akhirat dengan cara mengajarkan Al Qur`an, menghijrahkannya dengan dipondokkan, kemudian dididik untuk jihad atau berkorban dengan melatihnya untuk mempersedikit pemakain dunia sehingga kokoh imannya dan menjadi pejuang agamaNya Allah.
A’zhomu darojatan ‘inda Allahi {mereka itu paling unggul derajatnya disisi Allah}: Wajib meyakini bahwa hanya orang-orang itulah yang beruntung, bukan orang yang kaya, terkenal, cantic ganteng dan sebaginya. Meskipun jelek fisiknya tetapi jika beriman lalu berhijrah dan jihad dijalan Allah maka tetap beruntung.
Yakin bahwa mereka itu orang yang paling unggul derajatnya dan yang paling beruntung di sisi Allah. Contoh jihad demi iman ibadah dan akhlak yaitu bersusah payah mengajak kebaikan, meskipun di caci, di olok ataupun di asingkan tetap menyampaikan kebenaran; bersusah payah meninggalkan yang di larang, misalnya bersusah payah mencari riski yang halal, bersusah payah menjaga diri di rumah bagi perempuan, bersusah payah menutup aurat, bersusah payah menuntut ilmu dan lain-lain. Sebab itu sangat utama dan tinggi derajatnya di sisi Allah.
Orang yang paling agung derajatnya di sisi Allah adalah orang yang iman, hijrah dan jihad. Maka wajib berusah memperoleh ketinggian derajat di sisi Allah hanya mencari derajat tinggi yang di sisi Allah saja.
Hal ini sebagaimana juga disebutkan oleh Nabi, Abu Hurairah bertanya:
مَا يَعْدِلُ الْجِهَادَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ « لاَ تَسْتَطِيعُونَهُ ». قَالَ فَأَعَادُوا عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ « لاَ تَسْتَطِيعُونَهُ ». وَقَالَ فِى الثَّالِثَةِ « مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لاَ يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلاَ صَلاَةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
Artinya, “Amal apakah yang dapat menyamai jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Kamu tidak akan sanggup melaksanakannya.” Pertanyaan itu diulang sampai tiga kali sedangkan jawaban Nabi SAW tetap sama, “Engkau tidak akan sanggup melaksanakannya.” Kemudian beliau saw bersabda, “Perumpamaan orang yang berjihad fi sabilillah itu seperti orang yang puasa dan shalat, serta membaca ayat-ayat Allah dan ia tidak berbuka dari puasanya dan tidak berhenti dari shalatnya sehingga orang yang berjihad fi sabilillah itu kembali.” (HR. Muslim).
Sebagaimana hafist Nabi, “Barangsiapa menginfakkan hartanya di jalan Allah maka di tetapkan pahala baginya 700 kali lipat”. (HR. Tirmidzi) dan “Nabi Muhammad di tanya : ‘Amalan apa yang paling afdhol?’ Beliau Bersabda : “Iman kepada Allah dan Rosul-Nya”. Dikatakan : “Kemudian apa?” Beliau bersabda : “Jihad di jalan Allah” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Wa ulaaaika humu al-faaaizuun {dan mereka itu adalah orang-orang yang beruntung} : wajib yakin bahwa orang yang beruntung adalah orang yang hijrah dan jihad di jalan Allah bukan orang yang banyak harta, punya jabatan, di cintai banyak orang dan lain-lain. Sebagaimana Hadist Nabi, “Sesungguhnya bagi orang yang mati syahid itu ada tujuh keutamaan : Di ampuni dosanya sejak awal mengalir darahnya, Di perlihatkan padanya tempat duduknya di Jannah (surga), Terjaga dari Adzab kubur, Di amankan dari kegoncangan hari Kiamat, Di letakkan di atas kepalanya mahkota dari yaqut yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya, Di kawinkan dengan 72 bidadari, Dan dapat memberi syafa’at untuk 70 orang dari kerabatnya di Akhirat kelak”. (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Jika sudah dijadikan orang yang berusah payah di jalan Allah maka harom iri pada orang lain, sebab sudah termasuk orang yang paling beruntung. Wajib yakin bahwa kita sudah dijadikan orang yang beruntung, sehingga kita tidak tergiur dengan orang lain.