Sungguh Allah Dzat yang Maha Pemberi rasa aman kepada hambaNya. Yang menetukan segala kebaikan dan keseimbangan dalam kehidupan. Yang tidak bergantung dengan appaun, dan tidak membutuhkan teman siapapun. Dzat tidak dimuliakan akan tetap mulia. Dzat yang tidak butuh diperjuangkan, namun pantas untuk diperjuangkan, bahkan wajib untuk berjuang dekat denganNya dan mendapat ampunan dan Ridhonya. Berikut akan menjelakan tentang hukumnya jihad di jalan Allah dan bagaimana langkah utamanya. Sebagaimana dibahas oleh Allah dalam QS. At Taubah: 16)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Am chasibtum an tutrokuu walammaa ya`lamillaahu lladziina jaahaduu minkum {apakah kalian mengira bahwa kalian dibiarkan dan belum mengetahui (oleh) Allah orang-orang yang kalian jihad dari kalian}: haram mengira bahwa Allah itu membiarkan orang yang sudah beriman tanpa memberikan ujian. Wajib yakin bahwa Allah pasti memberikan ujian untuk menguji keimanan sampai ia berjihad di jalan Allah. Allah berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah: 155). Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Wajib ingat bahwa kita selalu diperhatikan oleh Allah dalam berjihad atau perjuangan dan terhadap apa yang kita bela. Kita wajib membela Allah dan Rosululloh, membela orang mukmin dalam rangka membela agamanya Allah dan mengagungkan Allah.
Walam yattakhidzuu min duunillaahi wa laa rosuulihi walaa almu’miniina waliijah {dan tidak bakal kalian mengambil dari selain Allah dan tidak RosulNya dan tidak orang-orang mukmin (sebagai) teman setia }: kita wajib jihad dan wajib mengambil dari orang mukmin sebagai teman setia atau pemimpin. Wajib mengambil pemimpin berdasarkan perintah Allah dan RosulNya yaitu orang-orang yang beriman dan setia pada agama Allah. Contoh dalam memilih kepala rumah tangga, maka harus berdasarkan agama bukan karena harta, keluarga dan tahtanya, tetapi memilih yang bisa membina rumah tangganya sesuai aturan Allah, begitu juga dalam memilih pemimpin yaitu pilih yang misinya mengajak ke syurga.
Pemimpin yang teladan adalah bertaqwa pada Allah, memulyakan Rosul dan Ulama`setia pada agama dan setia dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dari Auf bin Malik, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kalian cintai, dan mereka pun mencintai kalian serta kalian mendoakan mereka dan merekapun mendoakan kalian Sedangkan, seburuk-buruknya pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, serta kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian”. Auf bin Malik berkata: kemudian kita bertanya, “wahai Rosulullah, bolehkan kita memberontak kepada mereka?” Beliau menjawab, “jangan, selama mereka masih menegakkan sholat di tengah-tengah kalian”. (Riwayat Muslim).
Haram mengikuti golongan orang yang dipelihara dari siksa yaitu orang yang tidak mau berjihad di jalan Allah dan tidak mengikuti Allah dan Rosulnya. Sebab akan menjerumuskan kita ke dalam neraka yang sangat pedih.
Walloohu khobiirun bimaa ta’maluun {dan Allah itu sangat teliti dengan apa yang kalian kerjaan}: wajib ingat bahwa Allah sangat teliti dengan perbuatan sekecil apapun yang dilakukan oleh hambaNya. Allah juga menyediakan syurga bagi siapa saja yang berbuat baik dan neraka bagi orang-orang yang berbuat kejelekan.
Rosululloh SAW bersabda, ada tiga golongan dari penghuni surge, yaitu penguasa yang berbuat adil dan mendapatkan taufiq, orang yang penyayang dan berhati lembut kepada setiap kerabat serta orang islam dan orang yang menjaga kehormatan dirinya sehingga dia tidak mau meminta-minta meskipun memiliki tanggungan keluarga yang banyak” (HR. Muslim). Beliau juga bersabda, “Diperlihatkan kepadaku tiga (golongan) manusia dari umatku yang mula-mula masuk surga (mereka adalah) orang yang mati sahid, orang fakir yang tidak meminta-meminta dan seorang budak yang tidak disibukkan oleh pekerjaannya dari taat beribadah kepada Allah” (HR Tirmidzi).
Dari ayat ini kita juga memahami pesan dari Allah bahwa memilih teman atau sahabat adalah suatu yang wajib dan mempunyai keterkaitan dengan perintah jihad. Jika takut atau taqwa kepada Allah maka harus berusaha jihad, dan jika ingin jihad pada kebaikan, maka salah satu langkah utama adalah memilih teman atau sahabat yang juga berjuang pada kebaikan atau di jalan Allah. Jika berteman dengan orang yang malas maka kita akan menjadi malas, jika berteman yang berjuang di jalan Allah maka kita juga aan termotivasi dan ikut tersibukkan dalam berjuang di jalan Allah, begiupun sebaiknya, jika berteman dengan orang yang berjuang untuk dunia yaitu harta, tahta, keluarga, dan asmara maka kita juga akan terbawa ikut jihad atau berjuang untuk dunia.