(Studi Kasus, Multi Kasus dan Mutlisitus)
MEMBEDAH TESIS PENELITIAN DENGAN METODE KUALITATIF
(Studi Kasus, Multi Kasus dan Mutlisitus)
Makalah ini diajukan kepada Pascasarjana (S2) IAIN Tulungagung
Sebagai tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian
Dosen Pengampu
Dr. Agus Zaenul Fitri, M.Pd
Oleh
Akmal Nanan Najmul Muttaqin
NIM: 128506204036
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG
OKTOBER 2020
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
- ……………………………………………………………………… 5
- …………………………………………………………………………….. 8
- ………………………………………………………………………………………………… 9
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….. 13
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kitapanjatkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan karunia kepada kita semua, hingga kita tidak dapat mampu menghitung karunia dari Allah Swt. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Atas bimbingannya kepada kita semua untuk senantiasa berada pada jalan kebajikan, jalan islam yang mulia. Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada dosen Pengampu Makalah ini di susun guna melaksanakan tugas pada Mata kuliah Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dosen Pengampu: Bapak Dr. Agus Zaenul Fitri, M.Pd.
Penulis termotivasi dan mendapatkan gambaran yang inspiratif dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Dalam penulisan tugas ini. Penulis sangat menyadari akan kerterbatasan dan kekurangan wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kontribusi kritik dan saran dari rekan-rekan pembaca yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini bahkan penyempurnaan makalah-makalah yang akan disusun selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua. Amin.
Taipei, 04 Desember 2020
Akmal Nanan Najmul Muttaqin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian Literatur juga sering di sebut dengan Penelitian Kepustakaan (Library Research) atau dapat dinamakan dengan studi Pustaka. Menurut kamus ilmiah yang popular literature memiliki arti kepustakaan, sumber yang berasal dari buku-buku sebagai bahan referensi, dan acuan dalam melakukan studi pustaka. Penelitian literatur dapat juga diartikan sebagai penelitian yang mengalisis data atau yang bersumber dari bahan-bahan pustaka seperti bersumber dari majalah, koran, buku-buku, catatan, naskah, dokumen dan lain sebagainya yang pada umumnya bahan-bahan tersebut bersumber dari perpustakaan[1].
Penelitian literatur juga diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (problem solving). Untuk melakukan penelitian literatur atau studi pustaka, perpustakaan menjadi tempat yang tepat untuk memperoleh bahan-bahan (references) dan informasi yang relevan atau sesuai untuk mengumpulkan data-data, dibaca dan analisis, ditelaah, dicatat dan manfaatkan sebagai sumber penelitian literatur, atau studi pustaka[2].
Resercher atau peneliti seharusnya mengenal dan memahami pada lingkungan perpustakaan, karena dengan mengenal situasi perpustakaan, Resercher atau peneliti akan dengan mudah mendapatkan apa yang diperlukan. Untuk memperoleh informasi yang diperlukan peneliti guna mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, seperti kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku panduan, buku buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, baik berbentuk skripsi, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan bahan-bahan khusus lain. Sehingga peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
Penilitan kualitatif jenis literer ini banyak digunakan oleh para peneliti untuk menyatukan berbagai kajian dengan tujuan untuk menemukan teori baru atau mengambil suatu nilai-nilai dari seorang tokoh, karya dan lain-lain dan dilakukan dengan cara melakukan pencarian yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan solusinya
Berdasarkan paparan diatas, penulis akan menjelaskaan tentang penelitian ualitatif jenis literature dengan judul “Membedah Tesis/Desertasi Penelitian Dengan Metode Kualitatif (Studi Kasus, Multi Kasus dan Mutlisitus)”
B. Fokus Penelitian
Membedah tesis penelitian kualitatif (Studi Mutlisitus) dengan judul “PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI (Studi Multisitus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu)”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Judul
PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI (Studi Multisitus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu) |
Judul tesis di atas sudah sesuai dengan jenis metodologi penelitian kualitatif studi multisitus hal ini berdasarkan hakikat penenlitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukakn berdasarkan karya tulis seseorang. penelitian dibuat singkat, jelas dan menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti serta tidak membuka peluang munculnya multitafsir. Adapun untuk ketentuan sesuai pedoman tesis IANTA seharusnya judul diketik dengan huruf kapital. Font Times New Roman 14.
B. Latar Belakang Masalah
Menurut PEDOMAN PENULISAN TESIS DAN MAKALAH PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG TAHUN AKADEMIK 2019/2020, Konteks penelitian/latar belakang masalah, harus berisi tentang penjelasan mengenai problematika yang akan diteliti dan alasan mengapa masalah yang dikemukakan menarik, penting dan perlu diteliti, serta belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu. [3]
Penjelasan mengenai problematika yang akan diteliti dapat dilihat pada paragraph 1 – 2 sebagai berikut:
Sejak disahkanya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) mulai tahun 2015, berbagai informasi dan segala produk negara asing membanjiri negara kita, hal tersebut juga sangat mempengaruhi sistem pendidikan yang ada di negara ini, baikpun itu sekolah formal, non formal maupun informal, karena secara tidak langsung dampak dari perkembangan ekonomi juga ber-imbas kepada sistem pendidikan baik dari segi kurikulum, sumber belajar, media belajar, bahkan model belajar, tehnik belajar, dan juga metode pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan pada hampir semua aspek kehidupan umat manusia, dimana banyak permasalahan yang hanya dapat dipecahkan melalui upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi, perubahan tersebut juga telah membawa manusia kepada era persaingan global. Maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan sebuah keniscayaan untuk dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif, dan efisien dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan dalam rangka mensejajarkan diri dalam persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. |
Mengenai mengapa masalah yang dikemukakan menarik, diungkapkan oleh peneliti pada paragraph berikut
Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia mendapat berbagai tantangan dan rintangan, mulai dari masa kolonial Belanda, masa kemerdekaan, masa orde baru hingga masa sekarang. Tantangan pertama datang dari sistem pendidikan yang dilancarkan oleh pemerintah colonial Belanda. Sistem pendidikan yang diperkenalkan adalah sistem sekolah bagi anakanak di Indonesia dengan mendirikan Sekolah Rakyat (volkscholen), atau disebut juga sekolah desa (nagari) dengan masa belajar 3 tahun. Tantangan yang lain datang dari eksponen tokoh sekuler pendidikan Indonesia yang memberikan stigma jelek terhadap pesantren dan menginginkan agar pesantren dihapuskan sebagai bagian dari pendidikan Nasional. Tantangan yang lebih memberikan rangsangan bagi pesantren adalah datang dari kaum reformis Muslim yang sejak awal abad ke-20 meyakini, bahwa untuk menjawab tantangan pemerintah kolonial Belanda adalah dengan cara mengadakan perubahan dalam pendidikan Islam. Disisi lain, Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan agama sekaligus sebagai komunitas santri yang ngaji ilmu agama Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga tidak hanya identic dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab keberadaannya mulai menyebar dibumi Nusantara pada periode abad ke-7 M. Menurut sejarah, Pondok Pesantren di Jawa pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi, yang wafat pada tanggal 12 Rabiulawal 822 H, bertepatan dengan tanggal 18 April 1419 M. Menurut Ronald Alan Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan pondok pesantren pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam di Jawa. Namun dapat dihitung bahwa sedikitnya pondok pesantren telah ada sejak 13 abad yang lalu. Dengan melihat tradisi pesantren, sudah cukup alasan untuk menyatakan bahwa pondok pesantren telah menjadi milik budaya bangsa dalam bidang pendidikan dan telah berhasil membangun peradaban Indonesia. Tradisi Pondok Pesantren paling tidak memiliki lima unsur pokok yang penting yakni, pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik (Kutub Al-Shofro’) dan Kiai. Inilah yang menurut Martin Van Bruinessen, salah satu tradisi agung di Indonesia adalah Pondok Pesantren, yang bertujuan untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad lalu.[4] Dalam konteks keilmuan dan tradisi, pondok pesantren tradisional menjadi signifikan sebagai lembaga pendidikan Islam yang mentrasnfer ilmu-ilmu keislaman kepada santri dan menjaga serta melestarikan tradisitradisi keislaman. Kredibilitas lembaga pendidikan Islam ini sangat ditentukan oleh kredibilitas Kiai sebagai seorang figur sentral yang memiliki kelebihan keilmuan dan secara normatif sebagai penegak akidah, syariat, dan moral, yang memiliki kekuatan, otoritas dan kecakapan yang dianggap melebihi kemampuan santri dan umat.[5] Pesantren sebagai lembaga keagamaan Islam memiliki tugas untuk meletakkan konsep pendidikannya dalam kerangka nilai-nilai tersebut. Melalui sistem pendidikan seperti ini, nilai dan tradisi pesantren yang sejatinya telah menemukan kerangka acuan yang cukup jelas dalam sabda Rasulullah: “Dan aku tidak di utus melainkan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.[6] Namun untuk memahaminya secara utuh, hadits tersebut perlu diKiaiitkan dengan firman Allah SWT: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.[7] Sedangkan metode pembelajaran yang diterapkan Pondok Pesantren mengacu pada konsep Al Qur’an sebagaimana terwakili oleh surat An Nahl ayat: 125, ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥ Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An – Nahl: 125) Berdasar Ayat dan Hadits diatas, pendidikan Islam harus dapat mengembangkan manusia sebagai mahluk yang memiliki moralitas terhadap Allah, terhadap dirinya dan alam keseluruhan dengan menggunakan metode yang selarah dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits serta menjadikan Rasulluah SAW sebagai rujukan dan teladan yang dapat menyebarkan rahmat di alam semesta sehingga kedamaian dan kesejahteraan akan berlabuh nyata dalam kehidupan.[8] |
Sedangkan mengenai penting hal ini diteliti, penulis memaparkan pada paragraph selanjutnya yaitu:
Pada era globalisasi seperti saat ini pondok pesantren bukanlah sebuah lembaga yang eksklusif, yang tidak peka terhadap perubahan yang terjadi diluar dirinya. Inklusivitas pondok pesantren terletak pada kuatnya sumber inspirasi dan ilmu keislaman dari kitab kuning dengan menggunakan pengajaran model metode halaqoh, bandongan, dan sorogan. Dalam dekade terakhir ini mulai dirasakan adanya pergeseran fungsi dan peran pesantren sebagai tempat pengembangan dan berkreasi orang yang rasikhuuna fi ad-din (ahli dalam pengetahuan agama) terutama yang berkaitan dengan norma-norma praktis (fiqh) semakin memudar. Hal ini disebabkan antara lain oleh desakan modernisasi, globalisasi dan informasi yang berimplikasi kuat pada pergeseran orientasi hidup bermasyarakat. Minat masyarakat untuk mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama semakin mengendor. Kondisi bertambah krusial dengan banyaknya ulama yang mesti menghadap Allah (wafat) sebelum sempat mentrasnfer keilmuan dan kesalehannya secara utuh kepada penerusnya. Faktor inilah yang ditengarai menjadikan output pesantren dari waktu ke waktu mengalami degradasi, baik dalam aspek amaliah, ilmiah maupun khuluqiyah. Apalagi ada kecendrungan baru Kiai yang tergoda untuk terjun kekancah politik yang didalamnya sarat materi, jabatan dan kesibukan duniyawiyah, sehingga mengesampingkan fungsi utamanya didalam pesantren. Jika dicermati lebih dalam, globalisasi dan modernisasi bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Ia juga menawarkan sebuah pilihan yang ambivalen, satu sisi barokah kalau memang kita siap, dan mungkin juga membawa petaka kalau kita gagap. Realitas globalisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi yang kemudian menjelma menjadi sikap individualistis serta mengakibatkan pola hubungan masyarakat semakin dilandasi oleh persoalan-persoalan ekonomi.[9] Hal ini cukup mencemaskan, namun perlu di sadari bahwa globalisasi adalah sebuah proses dan belum menjadi sebuah produk akhir. |
Mengenai perlunya penilitian ini segera dikaji ditegaskan lagi pada paragraph berikut:
Sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren di era globalisasi sekarang dihadapkan pada derasnya arus perubahan sosial sebagai dampak dari modernisasi-industrialisasi seperti sekarang ini. Apalagi di tengah persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini – masalah ekonomi, sosial, budaya, bahkan narkoba, dekadensi moral, kenakalan remaja –memerlukan langkah kongkrit pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan. Kedepan bagaimana pesantren dapat eksis sebagai pintu perbaikan moral bangsa dalam melaksanakan pembangunan demi mencapai cita-cita yang diinginkan. Sehingga dengan demikiain pesantren harus merespon terhadap situasi dan kondisi masyarakat secara seimbang, serta membuka diri dalam merespon perubahan dengan salah satu cara dengan meningkatkan mutu metode pembelajaran, walaupun perubahan itu sedikit banyak akan mengurangi nilai-nilai kharismatik, kewibawaaan atau barangkali keikhlasan. Pesantren harus bersikap adaptif dan adoptif terhadap sistem baru seperti madrasah atau sekolah, demiKiain pula bersedia untuk selalu menyempurnakan metode pembelajaran yang dipakai yang disesuaikan dengan tuntutan jaman, serta menyesuaikan pola kepemimpinan pesantren yang lebih demokratis. Dengan pengelolaan yang baik, stikma yang sampai saat ini masih menempel pada pesantren, seperti lingkungan kumuh akan bisa dihapus atau paling tidak dikurangi. |
Kemudian mengenai penting dan perlunya peningkatan mutu pembelajaran di pesantren dipertgas pada paragraph berikut:
Peningkatan mutu pembelajaran sangat penting dalam pendidikan pesantren sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dalam dunia pendidikan tanpa harus meninggalkan tradisi-tradisi yang telah ada dan masih layak untuk dilestarikan. Hal ini sesuai dengan Kiaiidah Usul Fiqh yang menjadi slogan kebanyakan pesantren yaitu, yang artinya : ― Melestarikan tradisi lama yang relevan dan mengambil hal baru yang dianggap baik ―. Peningkatan mutu pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah pondok pesantren menarik untuk dijadikan bahan kajian, mengingat peningkatan mutu pembelajaran itu sifatnya dinamis mengikuti perubahan dan perkembangan kemajuan teknologi yang ada, selalu berkembang dan berubah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Terlebih lagi dalam era globalisasi yang sedang kita hadapi pada saat ini. Pesantren sebagai sentral pendidikan yang berbasis masyarakat harus peka terhadap hal tersebut sehingga mampu merespon kebutuhan masyarakat dalam perkembangan pendidikan. |
Sedangkan alasan mengapa Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu yang dijadikan tempat penelitian, penulis paparkan sebagai berikut;
Diantara Pesantren yang sampai saat ini mampu mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran sekaligus mempertahankan kultur pembelajarannya adalah Pondok Pesanren Hidayatul Mubtadiien Ngunut Tulungagung. Pesantren yang berada di pusat daerah industri Ngunut yang didirikan oleh KH. Ali Shodiq pada tanggal 01 Januari 1967 kini mempunyai lebih dari tiga ribu santri baik yang mukim maupun yang laju. kina telah mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang, yang diantaranya adalah penerapan pembelajaran berbasis pengabdian masyarakat yang diimplementasikan dalam bentuk eLDSAN (Latihan Dakwah Santri). Sedangkan guna mempersiapkan santrinya dalam menghadapi era global dan persaingan dunia kerja dimasa sekarang ini, pondok pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut telah bekerja sama dengan BLK (Balai Lapangan Kerja) yang ada di Sumbergempol, jarak yang tidak terlalu jauh dengan para santri mukim dipondok ngunut serta akses jalan yang mudah menjadikan minat santri dalam mengasah dan melatih ketrampilan sebagai bekal setelah pulang dari pesantren cukup tinggi. Selaian itu, penulis juga akan meneliti Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung. Pesantren yang didirikan KH. Anang Muhsin yang secara historis sanadnya bersambung dengan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri ini walaupun mempunyai santri yang jauh lebih sedikit dibanding dengan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut, tetapi dilihat dari grafik statistik input santri tiap tahun selalu meningkat dengan signifikan.[10] hal ini membuktikan bahwa eksistensi dari pesantren ini mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Salah satunya yang menjadikan pesantren ini mendapat kepercayaan masyarakat adalah dengan meningkatkan mutu pembelajaran yang diterapkan dalam pesantren tersebut. |
Sehingga difahami bahwa dari latar belakang yang ditulis peniliti sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu menerangkan tentang problematika yang akan diteliti dan alasan mengapa masalah ini menarik, juga memaparkan alasan mengapa hal ini penting dan perlu diteliti.
C. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Fokus penelitian berupa sebuah pernyataan tentang scope (cakupan) inti yang akan digali dan dikaji dalam penelitian. Pertanyaan penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian. Dalam istilah lain adalah rumusan masalah.[11] Adapun rumusan masalah yang diteliti yaitu;
Bagaimana komitmen Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al- Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam menghadapi era globalisasi.Bagaimana upaya yang ditempuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al- Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung untuk mengatasi kendala peningkatan mutu pembelajaran dalam menghadapi era globalisasi. |
Fokus penelitian ini dinilai sesuai karena telah memberikan pembatasan mengenai objek penelitian yang diangkat dan juga telah mengarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan). Rumusan masalah ini juga telah mengungkapkan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
D. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam penelitian. Tujuan penelitian mengacu pada isi pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.[12] Berikut tujuan penilitian yang dipaparkan;
Untuk mendiskripsikan gambaran secara jelas dan utuh upaya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren AlFattahiyyah Boyolangu Tulungagung dalam meningkatkan mutu pembelajarannyaUntuk mendiskripsikan secara konkrit upaya yang ditempuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren AlFattahiyyah Boyolangu Tulungagung untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan mutu pembelajarannya |
Dari tujuan penelitian di atas kita dapat mengetahui bahwa tujuan penelitian tersebut sudah sesuai dengan ktentuan di atasnya yaitu telah menggambarkan arah penelitian yang akan di tuju dalam penilitian tesis ini dan juga telah mengacu pada focus penelitian atau rumusan masalah.
E. Kegunaan Penelitian
Menurut ketentuan pedoman penelitian tesis IAIN Tulung Agung, dalam kegunaan penelitian ini, peneliti harus menjelaskan kontribusi yang akan diberikan setelah selesai penelitiannya. Kegunaan penelitian mencakup kegunaan teoritis dan praktis. Adapun kegunaan teoritis yaitu kegunaan yang berkaitan dengan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan kegunaan praktis, yaitu kegunaan bagi instansi dan masyarakat serta peneliti berikutnya baik secara umum maupun khusus. Kegunaan penelitian ini berupa pernyataan riil dan tidak mengada-ada. Kegunaan penelitian harus singkron dengan saransaran (rekomendasi) di bab penutup. Sedangkan yang dipaparkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan atau pengetahuan khususnya dalam pengembangan Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf. Manfaat PraktisBagi PenelitiDijadikan sebagai bahan ilmiah pemahaman dan muatan keilmuan mengenai Peningkatan Mutu Pembelajaran di pondok pesantren bagi penulis dan bagi yang berkepentingan dengan penelitan ini.Sebagai bahan dokumentasi dan penambah wawasan sehingga dapat mengembangkan pengetahuan baik secara teoritis maupun praktis.Sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan mengalaman penulis dalam bidang pendidikan dimasa yang akan datang, khususnya menambah wawasan keilmuan peningkatan mutu Pembelajaran Pondok Pesantren.Bagi lembaga yang ditelitiSebagai bahan masukan bagi pihak PPHM Ngunut Tulungagung Ngunut dan Pondok Pesantren Al- Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung sebagai sumbangan pemikiran.Memberikan informasi yang dapat dijadikan masukan agar peningkatan mutu Pembelajaran PPHM Ngunut dan Pondok Pesantren Al- Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung lebih baik.Sebagai sumber pemikiran dan bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu Pembelajaran Pondok Pesantren.4) Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dijadikan sebagai khazanah keilmuan untuk bahan penelitian lebih lanjut, khususnya dalam bidang peningkatan mutu Pembelajaran Pondok Pesantren. |
Difahami bahwa kegunaan penilitian dari peniliti ini sudah sesuai dengan ketentuan karena sudah terdiri dari kegunaan teoritis dan praktis. Dalam kegunaan teoritis yaitu telah mengaitkan kegunaan mengenai kontribusinya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan kegunaan praktis, yang dipaparkan peniliti juga sudah menuliskan kegunaan bagi peniliti dan instansi lembaga tempat penelitian secara umum maupun khusus.
F. Penegasan Istilah
Istilah-istilah yang perlu ditegaskan dalam bagian ini adalah istilah yang mengandung interpretasi beragam. Istilah yang digunakan dalam penelitian harus ditegaskan secara konseptual dan operasional. Istilah yang ditegaskan adalah istilah-istilah yang mengarah pada fokus penelitian dan menjelaskan pengertian judul yang dimaksudkan oleh peneliti. Penegasan istilah bukan penegasan kata, meskipun terkadang ada suatu istilah hanya terdiri dari satu kata, seperti istilah paradigma dan bukan pengertian dari kamus.[13]
Peningkatan/pe·ning·kat·an/ n proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dan sebagainya): Menurut Adi S, peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Mutu Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Mutu atau kualitas menitikberatkan fokusnya pada kepuasan pelanggan (konsumen). Barang atau jasa yang dihasilkan diupayakan agar sesuai dengan keinginan pelanggan. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Pondok Pesantren Menurut pendapat para ilmuwan, istilah pondok pesantren adalah merupakan dua istilah yang mengandung satu arti. Orang Jawa menyebutnya ―pondok atau ―pesantren. Sering pula menyebut sebagai pondok pesantren. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang terbuat dari bambu atau barangkali berasal dari bahasa Arab “funduq” artinya asrama besar yang disediakan untuk persinggahan. Globalisasi Globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi adalah hilangnya batas-batas geografis dalam konteks perkembangan nilai dan ideologi. |
Penegasan istilah ini sudah cukup sesuai karena telah memberikan penegasan istilah secara konseptual dan operasional. Secara konseptual yaitu penegasan berdasarkan teori. Sedangkan penegasan operasional adalah definisi yang mengarah kepada operasionalisasi penelitian, yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinikan yang dapat diamati, lebih dititik beratkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok untuk digunakan.[14]
Istilah-istilah yang ditegaskan juga merupakan istilah yang mengarah pada fokus penelitian dan menjelaskan pengertian judul yang dimaksudkan oleh peneliti. Istilah-istilah yang ditegaskan juga termasuk pada kreteria yang perlu ditegaskan yaitu mengandung konsep pokok. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian.[15]
G. Kajian Pustaka
Pada bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka atau buku-buku teks yang berisi teori-teori besar (grand theory), hasil penelitian terdahulu dan paradigma. Teori berfungsi sebagai penjelasan atau bahan pembahasan hasil penelitian dari lapangan. Pengertian kajian pustaka secara umum adalah bahasan atau bahan-bahan bacaan yang terkait dengan suatu topic atau temuan dalam penelitian. Randolf (2009) mendefinisikan kajian literature atau kajian pustaka, “As an information analysis and synthesis, focusing on findings and not simply bibliographic citations, summarizing the substance of the literature and drawing conclusions from it.” Kajian pustaka atau literature itu merupakan suatu analisis dan sisntesis informasi, yang memusatkan perhatian pada temuan-temuan dan bukan kutipan bibliografi yang sederhana, meringkas substansi literature dan mengambil kesimpulan dari suatu isi literatur tersebut.[16]
Berikut poin-point yang menjadi kajian pustaka dari penelitian “PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI (Studi Multisitus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu)”.
Paradigma Peningkatan Mutu PembelajaranUnsur-unsur Peningkatan Mutu PembelajaranPeningkatan Mutu GuruPenyediaan dan Pengembangan Sumber dan Media BelajarPengelolaan lingkungan belajarPengontrolan mutu proses pembelajaranPembinaan siswaJenis Metode Pembelajaran dan keunggulannya.Metode CeramahMetode EksperimenMetode Pemberian Tugas Dan ResitasiMetode DiskusiMetode LatihanPondok PesantrenPengertian dan sejarah PesantrenUnsur-Unsur Pokok PesantrenMetode pembelajaran pesantrenPondok Pesantren di Era GlobalisasiCiri Pergaulan GlobalRespon Umat Islam Terhadap GlobalisasiDampak GlobalisasiStrategi Pesantren di Masa Depan |
Diketahui bahwa kajian pustaka yang dipaparkan oleh peneliti sudah cukup sesuai karena telah memberikan gambaran masalah yang akan diteliti, memberikan dukungan teoritis konseptual bagi peneliti, yang selanjutnya dapat berguna untuk bahan diskusi atau pembahasan dalam penelitian.
Sesuai ketentuan dari pedoman Tesis 2019 IAIN Tulung Agung, kajian pustaka harus menjelaskan teori dan konsep dari para pakar serta hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan fokus dan pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini peniliti juga telah mengungkapkan beberapa penelitian terdahulu yang relavan dengan focus penelitian yaitu
Disertasi M. Ridlwan Nasir yang berjudul Dinamika SistemPendidikan Studi di Pondok-Pondok Pesantren Kabupaten Jombang Jawa Timur (1995),Disertasi Muhtarom HM yang kemudian terbit dengan judul Reproduksi Ulama di Era Globalisasi: Resistansi Tradisionalisme Islam (2005),Desertasi Mastuhu., Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren; suatu kajian tentang Unsur dan nilai sistem pedidikan pesntren, Kemudian oleh INIS diterbitkan pada tahun 2002.Tesis Politik Pesantren: Melacak Transformasi Institusi dan Metode, oleh Mujamil Qomar.Tesis Model Pengembangan Kurikulum Pesantren (studi di Pondok Pesantren An-Nur Bululawang Malang ) oleh Edy sutrisno. |
Dalam kajian yang mengenai penelitian terdahulu ini dinilai kurang seuai karena beberapa penelitian terdahulu tidak mencantumkan masalah/pertanyaan penelitian dan metode yang digunakan, sekedar memberikan, pengarang judul dan hasil penelitian.
H. Metode Penelitian
Sukmadinata menyatakan: “Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasarkan oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”[17]. Sugiyono menyatakan bahwa:
Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmun, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.[18]
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data rasional, empiris (teramati) dan sistematis yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pada hal ini, peneliti harus mengemukakan jenis penelitian apa yang digunakan, apakah etnografis, studi kasus, interaktif, atau ekologi. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan metode deskriptif. Peniliti juga menerangkan bahwa
Penelitian ini bersifat studi multi situs, dengan menggambarkan secara utuh upaya-upaya yang di lakukan PPHM Ngunut Tulungagung dan Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung dalam hal Meningkatkan mutu Metode Pembelajarannya. Penelitian studi multi situs, adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang cukup lengkap dan terorganisasi. Tujuan penelitian tudi multi situs adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, baik individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.[19] |
Dari paparan jenis penilitian dan pendekatan penelitian yang digunakan, bagian ini dinilai sesuai dengan judul, rumusan masalah dan tujuan yang diteliti dengan menganalisis dan membangun data hasil penelitian menjadi model yang dapat dipedomani.
Sifat studi penelitian ini juga susuai dengan apa yang disebutkan oleh Abdul Aziz bahwa penelitian multi situs adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengembilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi dari tempat yang mempunyai ciri khas yang sama.[20] Hal ini sebagaimana penelitian ini yaitu meneliti dua jenis pondok pesantren untuk mendapatkan informasi bagaimana untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam menghadapi era globalisas dan untuk mengatasi kendala peningkatan mutu pembelajaran dalam menghadapi era globalisasi.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peniliti merupakan bagian yang menjelaskan tentang fungsi peneliti sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti harus dilukiskan secara eksplisit dalam laporan penelitian. Eksplisit adalah penyampaian secara langsung sehingga makna dan isinya dapat diketahui sedangkan implisit adalah penyampaian secara tidak langsung dimana maksud dan isinya terkesan tidak jelas. Sedangkan pada penelitian ini, peneltiti tidak menjelaskan tetang fungsi peneliti sebagai instrument tetapi hanya memberikan alasan tentang mengapa penulis melalukan penelitian di kedua pesantren tersebut.
Seharusnya pada bagian ini peniliti memaparkan mengenai apa saja fungsi atau tugas peneliti sebagai instrument penelitian sebab instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Moleong dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan perancang, pelaksana, pengumpul data, analisis penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian. Pengertian instrument atau alat penelitian disini tepat karena menjadi segalanya dari keseluruan proses penelitian.[21]
Sesuai ketentuan pedoman tesis IAIN Tulung agung pada bagian ini juga perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh.[22] Namun pada bagian ini, peneliti tidak memaparkan sama sekali peran peneliti tersebut sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, ataukah sebagai pengamat penuh.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti memperoleh informasi mengenai data yang diperlukan. Lokasi penelitian adalah merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan baru.[23]
Berdasarkan ketentuan pedoman IAIN Tulung Agung 20199, bagian ini harus menjelaskan tentang identifikasi karakteristik, alasan memilih lokasi (keunikannya), bagaimana peneliti memasuki wilayah lokasi tersebut. Mengenai hal ini penulis makalah menemukan penjabaran ini dalam bagian kehadiran peneliti. Dan dinilai cukup sesuai yang mana peniliti telah memaparkan karakteristik lokasi penelitian yaitu
Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Mubtadien Ngunut Tulungagung berada dipusat kota industri ngunut akan tetapi mampu bertahan dengan metode pembelajaran yang khas ala pesantren ditengah derasnya arus global yang terjadi saat ini dan bahkan mampu berinovasi dengan menambahkan beberapa metode pembelajaran, salah satunya yang penulis sebut dengan metode pembelajaran berbasis pengabdian masyarakat. Sedangkan pemilihan Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung yang secara historis lahir dari PP Lirboyo Kediri dan PPHM Ngunut juga lahir dari PP Lirboyo Kediri. |
Karakteristik tersebut jugalah yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk menjadikan dua pondok pesantren tersebut menjadi tempat penelitianya. Adapun bagaimana peniliti memasuki wilayah lokais tersebut, peneliti menyebutkan bahwa
peniliti secara historis mempunyai keterikatan dengan PPHM Ngunut karena hingga kini masih menjadi santri Pesantren tersebut, sehingga dengan demikian dalam mencari informasi yang dibutuhkan dilapangan bisa lebih mendetail |
Sehingga difahami bahwa pada penulisan ini, peneliti kurang teliti dalam penulisan yang mana pada bagian kehadiran peniliti tidak dicantumkan oleh penulis tesis sedangkan isi pada bagian lokasi penelitian ia masukkan pada bagian isi kehadiran peneliti. Namun untuk isi mengenai lokasi penelitian sudah cukup sesuai, yang mana peneliti telah menjelaskan tentang identifikasi karakteristik, alasan memilih lokasi (keunikannya), bagaimana peneliti memasuki wilayah lokasi tersebut.
4. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh dan memiliki informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data tersebut diolah.[24] Bagian Sumber data ini diharap menjelaskan tentang dari mana dan dari siapa data diperoleh, data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana ciri-ciri informan atau subjek, dan dengan cara bagaimana data dijaring sehingga validitasnya dapat dijamin. Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek (informan) dan waktu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.[25]
Tentang darimana dan dari siapa data diperoleh telah dijelaskan dibagian ini yaitu
Sumber data terdiri dari: Pengasuh (Kiai), para ustaz sebagai pengajar pesantren, serta santri.Alumni pesantren, orang tua santri, masyarakat setempat.Kegiatan pesantren dalam kurun waktu yang tertentu.Dokumen-dokumen di pesantren. |
Pada bagian ini peniliti juga telah menjabarkan tentang data apa saja yang dikumpulkan, yang mana oleh peniliti data dibagi menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data dibagi menjadi data prmer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak dan lain-lain.[26] Sedangkan, menurut Sugiyono mendefinisikan data sekunder adalah sebagai berikut: “Sumber Sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen”.[27]
Sehingga difahami bahwa sumber data peniliti ini cukup sesuai dalam menyampaikan data dan sumber data, hanya saja peniliti kurang mempertegas mengenai bagaimana ciri-ciri informan atau subjek, dan dengan cara bagaimana data dijaring sehingga validitasnya dapat dijamin. Sebab ini menjadi ketentuan dalam pedoman tesis IAIN Tulung Agung bahwa penelitian kualitatif harus menggunakan purposive sampling sebagai teknik sampling. Menurut Sugiyono bahwa: “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”[28]
5. Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini peneliti perlu mengemukakan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi data, fidelitas dan struktur. bagian ini dinilai cukup sesuai karena telah mencantumkan sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio-visial memiliki fadelitas tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang) dan juga tidak menjelaskan sejauh mana wawancara dan observassi dilakukan secara otomatis dan terstruktur.[29] Hal ini dapat kita lihat pada paragraf berikut:
Peneliti datang ke PPHM Ngunut Tulungagung dan Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung pada beberapa kesempatan dan pada waktu tertentu. Wawancara dilakukan kepada Pengasuh Pondok, Kepala Pondok, ustadz, santri dan orangtua santri; berkisar pada, peningkatan mutu metode pembelajaran PPHM Ngunut Tulungagung dan Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung dan juga upaya mengatasi problem dalam meningkatkan mutu metode Pembelajaran PPHM Ngunut Tulungagung dan Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung dalam menghadapi era globalisasi untuk para santrinya. Wawancara dilakukan di samping dibantu alat-alat tulis, penulis juga menggunakan alat perekam, sehingga memudahkan dalam mengingat dan mengulang-ulang data yang digali. |
6. Analisis Data
Menurut Sugiyono yang dimaksud dengan teknis analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.[30]
Adapun ketentuan pada bagian ini adalah menguraikan tentang proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.[31]
Dalam hal ini pemaparan peniliti dinilai sesuai karena telah menjelaskan langkah-langkah analisis datanya juga beserta gambaran analisis dari rumusan masalah yang diteleti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pada bagian ini, pengecekan keabsahan data yang ditentukan oleh IAIN tulung Agung adalah agar diperoleh data dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, trianggulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan dengan sejawat, analisis kasus dilakukan dengan pengecekan dapat tidaknya ditransfer ke latar lain (transferability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability).
Pada bagian ini dinilai telah sesuai dengan ketentuan karena telah memuat uraian-uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan data. Menurut Nasution: validitas tergantung pada kredibilitas (validitas internal), dipendabilitas (reabilitas), transferabilitas (validitas eksternal), dan konfirmabilitas (objektifitas).[32]
8. Tahap-Tahap Penelitian
Memuat waktu pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, pelaksanaan penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan. Namun pada bagian ini peneliti tidak memaparkan apapun mengenai tahap-tahap penilitian. Adapun contohnya adalah sebagai berikut
I. Hasil Penelitian
Pada bab IV berisi tentang paparan data, temuan penelitian yang disajikan dalam topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil analisis data. Di dalam analisis data “jika dimungkinkan” dapat dipaparkan juga proposisi-proposisi hasil penelitian. Paparan data tersebut diperoleh melalui pengamatan (apa yang terjadi di lapangan), dan atau hasil wawancara (apa yang dikatakan oleh informan), serta deskripsi informasi lainnya yang dikumpulkan oleh peneliti melalui prosedur pengumpulan data. Temuan bisa berupa penyajian kategori, sistem klasifikasi, identifikasi, dan tipologi.
Sistem klasifikasi yaitu mengelompokan benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan.[33] Menurut Chaplin dalam Kartono menyatakan bahwa identifikasi adalah pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu.[34] Dan tipologi yaitu Tipologi penelitian adalah suatu kegiatan mencari, menyelidi dan mengadakan percobaan secara alamiah dalam bidang pengelompokan bahasa berdasarkan ciri khas tata kata dan tata kalimatnya dengan tujuan untuk (1) Penelitian dasar/murni: mengembangkan teori. (2) Penelitian terapan: menerapkan, menguji, mengevaluasi teori termasuk yaitu Mengukur dan memeriksa kelebihan dan kekurangan teori; Membuktikan kelemahan yang telah diketahui satu teori; Mencari kebenaran teori (di laboratorium); Memodivikasi cara baru penerapan teori; Menjelaskan penerapan teori/metode tertentu. (3) Penelitian tindakan: mengujicoba gagasan/metode di lapangan untuk penguatan dan penyesuaian. Adapun point-point paparan hasil penelitian tersebut adalah
Situs Pertama: Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien NgunutUpaya Peningkatan Mutu Pembelajaran Pondok Pesantren Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPeningkatan Profesionalisme Guru (Asatidz)Peningkatan Pengelolaan Kelas (Managemen Kelas) Pemenuhan Fasilitas (Sarana, Media dan Sumber Belajar) Peningkatan Mutu Pembelajaran Berbasis Pengabdian Maysarakat (Latihan Dakwah Santri)Pembelajaran Sistem Pendidikan Terpadu: (Respon Pesantren Dalam Menghadapi Arus Globalisasi)Pengembangan Ketrampilan Kecakapan Hidup (Life Skiil)Kendala Peningkatan Mutu Pembelajaran Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Guna Mengahadapi Era GlobalisasiPendanaan: Masalah Umum Dunia PesantrenFigur otokratis KiaiKomunikasi internalLingkungan Belajar Yang Kurang KondusifSitus Kedua (Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu) Upaya peningkatan mutu pembelajaran Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPembangunan Sarana Dan PrasaranaSyawir Tradisi Pesantren Dalam Meningkatkan Kwalitas Kemampuan Para AsatidzPenanaman Nilai – nilai Social Dan Kesederhanaan Modal Menghadapi Era GlobalPenanaman Cinta Terhadap Sumber Ilmu Utama (Al Qur’an) Dengan Metode Tahfidz (Menghafal)Kendala Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Guna Menghadapi Era GlobalisasiKebersihan dan kenyamanan lingkungan pembelajaran yang kurang representativePendanaan; Masalah Yang Umum Ditemui Dalam Dunia Pesantren.Keberadaan Pengasuh Yang Sering Diluar Pesantren |
Paparan data yang disajikan dalam judul penelitian ini dinilai sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah. Sedangkan temuan peniliti sudah cukup sesuai yang mana peniliti telah menyajikan kategori Upaya dan kendala Peningkatan Mutu Pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut serta Upaya dan kendala Peningkatan Mutu Pembelajaran di Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu. Peniliti juga mengidentifikasi ketercapaian kedua situs dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
J. Pembahasan
Pada pembahasan memuat keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan atau teori yang ditemukan terhadap teori-teori temuan sebelumnya, serta intepretasi dan penjelasan dari temuan teori yang diungkap dari lapangan (grounded theory). Adapun pembahasan yang tertera dalam penelitian PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI (Studi Multisitus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu)
A. Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Dalam Menghadapi Era Gobalisasi B. Kendala-kendala Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pembelajaran C. Upaya dan Kendala Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran |
Pembahasan dari peniliti dinilai cukup sesuai karena telah memberikan penjelasan teori pada temuan-temuan di lapangan serta menjelaskan teori yang ada dengan mengungkapkan sesuai temuan-temuan di lapangan. Hanya saja dalam penyusunan kategori atau klasifikasi pembahasannya kurang sesuai dengan rumusan masalah, sehingga perlu disusun kembali.
K. Penutup
Penutup teridiri dari tiga hal pokok yaitu: kesimpulan, implikasi dan saran. Pada bab ini peniliti juga dinilai sudah memaparkan ke tiga hal tersebut adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang disarikan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran temuan atau hipotesis serta merupakan jawaban dari rumusan masalah.
Upaya-upaya yang dilakukan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien dan pondok pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu dalam meningkatkan mutu pembelajaran diera globalisasi adalah; a) pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, pertama meningkatkan profesionalisme guru melalui syawir, yakni (1) syawir khusus yang dipimpin langsung oleh pengasuh untuk mendapatkan tambahan ilmu yang akan diajarkan kepada para santri, dan (2) syawir antar ustadz yang diselenggarakan dalam rangka memecahkan ke-misykil-an yang ditemui saat mengajar para santri; kedua, meningkatkan pengelolaan kelas yang profesional dengan menerapkan system diskusi kelas, hafalan dan latihan menerangkan. ketiga, menyediakan sarana, sumber dan media pembelajaran antara lain: ruang belajar representatif, perpustakaan, masjid sebagai pusat kegiatan keislaman, alat praktek ubudiyah, dan alat-alat ketrampilan; keempat, meningkatkan pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan elDSan (latihan dakwah santri) yang diadakan setiap akhir tahun dan diperuntukkan bagi santri tingkat Aliyah, yakni santri Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien kelas II Aliyah; kelima, melaksanakan sistem pendidikan terpadu dengan mendirikan lembaga pendidikan formal mulai dari PAUD Sunan Giri, TK Sunan Giri, SD Islam dan SD Qur’an Sunan Giri, SMP Islam dan SMP Qur’an Sunan Gunung Jati, SMA Islam Sunan Gunung Jati dan SMK Islam Sunan Kalijaga; dan keenam pengembangan ketrampilan kecakapan hidup (life skill) untuk para santri dengan menjalin kerjasama dengan BLK (Balai Latian Kerja), b) pondok pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu antara lain; pertama meningkatkan profesionalisme guru melalui syawir, yakni (1) syawir khusus yang dipimpin langsung oleh pengasuh untuk mendapatkan tambahan ilmu yang akan diajarkan kepada para santri, dan (2) syawir antar ustadz yang diselenggarakan dalam rangka memecahkan ke-misykil-an yang ditemui saat mengajar para santri; kedua, meningkatkan pengelolaan kelas yang profesional dengan menerapkan system diskusi kelas, hafalan dan latihan menerangkan; ketiga, meningkatkan penanaman nilai – nilai social (Emotional Question) dan kesederhanaan hidup pada santri dengan menekankan pemahaman pentingnya kebersamaan dalam segala aktifis dan kegiatan dilingkungan pesantren; keempat, mengembangkan kemampuan olah fikir santri dengan program tahfidz surat-sura dan ayatayat pilihan. Kendala-kendalan yang ditemui dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran pada pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien dan pondok pesantren Al Fattahiyyah diera globalisasi antara lain: a) pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-ien pertama, pendanaan yang merupakan persoalan bagi setiap lembaga pendidikan Islam; kedua, figur otokratis Kiai; ketiga kesulitan komunikasi internal; dan keempat, lingkungan pembelajaran ( pesantren ) yang kurang kondusif, b) pondok pesantren Al Fattahiyyah pertama, pendanaan yang merupakan persoalan bagi setiap lembaga pendidikan Islam; kedua penyediaan sarana, media dan sumber belajar santri yang kurang memadahi; ketiga lingkungan pembelajaran ( pesantren ) yang kurang kondusif, keempat intensitas pengawasan Kiai terhadap pesantren dan kegiatanya kurang. |
Kesimpulan ini dinilai sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu singkat dan tepat dan merupakan intisari dari hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan ini juga berisi tentang kesimpulan utama yang menjawab tentang pokok permasalahan dan juga terdapat kesimpulan tambahan yang menunjukkan fakta-fakta yang mendasarinya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Endang Setyowati dan Umi Proboyekti bahwa, Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis. Pada umumnya kesimpulan terdiri atas kesimpulan utama dan kesimpulan tambahan. Kesimpulan utama adalah yang berhubungan langsung dengan permasalahan. Dengan demikian, kesimpulan utama harus bertalian dengan pokok permasalahan dan dilengkapi oleh bukti-bukti. Pada kesimpulan tambahan, penulis tidak mengaitkan pada kesimpulan utama, tetapi tetap menunjukkan fakta-fakta yang mendasarinya.[35]
2. Implikasi Penelitian
Implikasi penelitian meliputi implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis menjelaskan dampak hasil temuan penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan implikasi praktis menjelaskan dampak hasil temuan penelitian terhadap operasional di lapangan.
Dalam penelitian PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI (Studi Multisitus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut dan Pondok Pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu) implikasi dijabarkan oleh penilti dengan membagi menjadi dua yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis yang mana hal ini dinilai sesuai dengan ketentuan yang mana dalam implikasi teoritis peniliti menemukan beberapa upaya yang dilakukan pondok pesantren dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran diera globalisasi, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, Sehingga melalui penelitian ini, penulis berusaha melengkapi penelitipeneliti terdahulu dalam mengungkap eksistensi pesantren di tangah globalisasi di segala aspek kehidupan. Kemudiian dalam implikasi praktisnya dapat memanfaat keunggulannya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran pesantren diera globalisasi saat ini untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas pensatren dan juga, pondok pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut maupun pondok pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu dapat mengadopsi keunggulan dari masing – masing pesantren guna melengkapi kekurangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran pondok pesantrenya diera globalisasi serta dapat mengadopsi keunggulan yang dimiliki oleh pondok pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu dalam hal penekanan penanaman nilai – nilai social ( Emotional Question ) dan penekanan penanaman kesedehanaan hidup serta pengembangan kemampuan olah fikir santri yang dimilik oleh pondok pesantren Al Fattahiyyah Boyolangu.
3. Saran
Dalam ketentuan pedoman saran haruslah sesuai dengan kegunaan penelitian dan harus jelas ditujukan kepada siapa yang pekerjaan atau tangung jawabnya terkait dengan permasalahan yang diteliti dan bagaimana implementasinya. Saran dapat ditujukan kepada peneliti berikutnya, jika peneliti menemukan masalah baru yang perlu diteliti lebih lanjut. Bisa juga ditujukan kepada instansi atau profesi.
Saran dalam penilitian inni dinilai sesuai dengan ketentuan karena telah memberikan berbagai saran atau rekomendasi guna penelitian lebih lanjut dan juga saran-saran yang lebih praktis atau berfaedah secara riel dan juga telah jelas ditujukan untuk siapa dan bagaimana implementasinya. Seperti halnya Kesimpulan, dalam menyusun Saran hendaknya penulis tidak menyarankan sesuatu yang tidak mempunyai dasar atau keterkaitan dengan pembahasan yang dikemukakan. Dengan kata lain, Saran hanyalah berisi alternatif yang diajukan penulis agar permasalahan yang ada dapat dipecahkan sebaik-baiknya di waktu mendatang.[36]
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam melakukan Penyusunan Makalah Penelitian Literatur atau Penelitian Kepustakaan dari uraian makalah tersebut di atas maka, penulis mengambil simpulan sebagai berikut:
- Penelitian Kepustakaan dapat diartikan sebagai penelitian yang mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan-bahan kepustakaan seperti buku, majalah, catatan, naskah, dokumen dan sebagainya yang pada umumnya bahan-bahan tersebut didapatkan di perpustakaan
- Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian kepustakaan adalah pengumpulan data literature yaitu bahan-bahan pustaka yang koheren.
- Analisis data dalam Penelitian Kepustakaan ada beberapa macam diantaranya: Analiss isi (content analysis), Analisi komparasi dan Analisis historis.
- Kita dapat mengetahui secara pasti dengan skema Perspektif Penelitian Literatur atau Penelitian Kepustakaan secara Epistemologis dan Ontologis, dari makalah yang telah kita susun.
B. Saran
Dalam melakukan penyusunan makalah Penelitian Literatur atau Penelitian Kepustakaan yang harus diperhatikanPenelitian Kepustakaan, Tehnik pengumpulan data, dan Analisis data dalam Penelitian Kepustakaan, serta Perspektif Penelitian Literatur atau Penelitian Kepustakaan secara Epistemologis dan Ontologis.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini kita dapat memperdalam ilmu pengetahuan kita, dan bermanfaat khususnya kepada peneliti dan penulis makalah Penelitian Literatur atau Penelitian Kepustakaan ini dan mendapatkan ridho dari Allah Swt. Jika terdapat kekurangannya kami mohon maa`af yang sebesar-besarnya. Semoga ilmu kita dapat menjadi barokah dan mendapat ridho dari Allah Swt. Aammiiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Zed, Mestika, Metodo penelitian kepustakaan, Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2008.
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah; Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif, Lapangan dan Perpustakaan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Banjarmasin: Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari, 2000.
Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five traditions. Thousand Oaks, CA: Sage.
Gray, D., Griffin, C. and Nasta, T. (2004
[1] Mestika Zed, Metodo penelitian kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 34.
[2] Ibid.
[3] Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Pedoman Penulisan Tesis Dan Makalah Pascasarjana Iain Tulungagung Tahun Akademik 2019/2020. (IAINTA: Tulung Agung, 2019), 51
[4] Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren Dan Tarekat (Bandung: Mizan, Cet I, 1995), 17.
[5] M. Muhtarom, Reproduksi Ulama …,7
[6] HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207), Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Jalaluddin Bin Abu Bakar As-Shuyuthi, Al-Jami’ As-Shoghir (Lebanon: Dar Al-Kotob AlIlmiyah, 2006), 155
[7] Soenarjo dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Dan Pentafsir Al-Qur’an, 1971), 508.
[8] Abd A’la, Pembaruan Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), 11.
[9] Muhammad Zainur Roziqin, Moral Pendidikan Di Era Globalisasi (Malang : Averroes Press, 2007), 3.
[10] Hasil wawancara sementara dengan H. Syafi’, M.Pd.I kepala SMP dibawah naungan dan Pondok Pesantren Al – Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung
[11] Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Pedoman Penulisan Tesis…., 51
[12] Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Pedoman Penulisan Tesis…., 52
[13] Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Pedoman Penulisan Tesis…., 52-53
[14] Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), 31-32
[15]Miftahul Jannah. Penegasan Istilah dalam penelitian. https://www.academia.edu/30078522/Penegasan_Istilah_dalam_penelitian_rtf (Diakses pada pukul 14:44 file:///C:/Users/User/Downloads/Perte, tanggal 4 Desember 2020)
[16] Stti Astika dan Uswatun Khasanah, Kajian Literatur dan Teori Sosial dalam Penelitian. (Sorong: STAIN Sorong), 1-2
[17] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 52
[18] Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta), 3
[19] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 80
[20] Abdul Aziz S.R., Memahami Fenomena sosial Melalui studi Kasus : Kumpulan Materi Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: BMPTSI Wilayah VII Jatim, 1998), 2
[21] Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)
[22] Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Pedoman Penulisan Tesis…., 55
[23] Suwarma Al Muchtar. Dasar Penelitian Kualitatif. (Bandung: Gelar Pustaka Mandiri, 2015), 243
[24] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 172
[25] Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Pedoman Penulisan Tesis…., 55
[26] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu…, 172
[27] Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: ALFABETA, 2012), 141
[28] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: PT Alfabet, 2016), 85
[29] Asep Yanyan Setiawan. Nilai Tata Lingkungan terhadap KElertarian Lingkungan Dan Implikasinya dalam Pembelajaran Geografi. (Repository.upi.edu: Unibersitas Pendidikan Indonesia, 2013), 7
[30] Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). (Bandung: Alfabeta, 2015), 206
[31] Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Pedoman Penulisan Tesis…., 55-56
[32] Sarimuda Nasution, ..144
[33] Materi Belajar, Pengertian Sistem Klasifikasi, Proses, Manfaat Dan Jenis-Jenisnya. https://www.materibelajar.id/2018/07/pengertian-sistem-klasifikasi.html. (Diakses pukul: 19:23, pada 05 Desember 2020)
[34] Chaplin, J.P. ter, Kartini Kartono. Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 8
[35] Endang Setyowati dan Umi Proboyekti. Kesimpulan, Saran dan Abstrak. http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/Abstrak-kesimp-saran.pdf. (Diakses pada pukul 07:55, tanggal 6 desember 2020.
[36] Endang Setyowati…., 2